Rabu, 27 Februari 2013

╦ Seni Palang Pintu Warisan Budaya Nenek Moyang ╦


RABU, 27 Feb 2013 | 04:36 WIB

aGonggo bukan kelabang. Kelabang jatuh di peti. Jangan sok jago - Abang. Maju selangkah aye bikin mati. Gue anak kwitang. Di langit bulan dan bintang. Abang jangan sok nantang. Nanti aye masukin ke kurung batang".
Sepenggal kalimat berbalas pantun di atas bukan tengah terjadi perkelahian atau perseteruan di antara kedua orang. Melainkan keterlibatan aksi saling berbalas pantun sebagai tanda pembukaan dalam sebuah acara. Interaksi yang disertai dengan atraksi pencak silat ini lazim dikenal sebagai seni palang pintu. 

Palang pintu adalah seni budaya yg biasa nya di gunakan atau dapat dilihat atraksinya di berbagai acara adat betawi, seperti perkawinan khususnya saat kedatangan besan (calon pengantin mempelai pria), penerimaan tamu kehormatan, dan lain-lain. "Palang pintu jadi tradisi betawi tempo dulu setiap ada acara pernikahan dan menyambut tamu-tamu," ungkap Endang Syahputra, Pembina Sanggar Seni Bela Diri Laskar Betawi Ciputat, saat ditemui Web Tangsel di kediamannya di jalan Karyawan RT 01/02 Ciputat - Kota Tangerang Selatan, kemarin.

Jika ingin mencari identitas budaya di Kota Tangerang Selatan, kata Endang, palang pintu sangat tepat menjadi seni tradisional daerah. Kultur budaya betawi sudah kadung melekat dalam diri masyarakat di daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang ini. Apalagi seiring dengan perkembangan jaman yang sudah modern, kesenian tradisional daerah lambat laun terancam punah, harus dilesatarikan.

"Ada rasa kekhawatiran bila bukan kita yang mempertahankan seni warisan nenek moyang ini, Karena punya kecintaan. Punya firasat kedepannya kalau tidak ada yang peduli kesenian ini akan pudar. Dan yang saya pegang amanah dari leluhur," tegas pria kelahiran Ciputat yang bekerja di kantor kecamatan Ciputat sebagai staf pemerintahan ini.
Diiringi alunan musik gendang pencak, gendang dua set, kecrek, kempul, kemong, dua orang pendekar menunjukkan kemahirannya melalui pencak silat dalam setiap atraksi palang pintu. Menariknya adalah, atraksi pencat silat yg diperagakan umumnya menggunakan senjata tajam sejenis golok. Si jagoan atau pengawal tamu atau mempelai pria harus memenangi pertarungan tersebut. Budaya yang satu ini cenderung jenaka karena isi pantun dan aksi-aksi para pesilatnya. a Diiringi alunan musik gendang pencak, gendang dua set, kecrek, kempul, kemong, dua orang pendekar menunjukkan kemahirannya melalui pencak silat dalam setiap atraksi palang pintu. Menariknya adalah, atraksi pencat silat yg diperagakan umumnya menggunakan senjata tajam sejenis golok. Si jagoan atau pengawal tamu atau mempelai pria harus memenangi pertarungan tersebut. Budaya yang satu ini cenderung jenaka karena isi pantun dan aksi-aksi para pesilatnya.

Demi melestarikan seni budaya tradisional peninggalan nenek moyang di Kota Tangerang Selatan, seni palang pintu dapat mudah dijumpai di sanggar-sanggar atau perguruan pencak silat yang tetap mempertahankannya sebagai entitas budaya. Maka tak mengherankan bila di setiap kecamatan mempunyai kelompok yang biasa mempersembahkan seni palang pintu dalam sebuah acara. Baik itu acara hajatan warga atau pun acara resmi pemerintahan.

"Sanggar kami sudah pernah menjadi duta Kota Tangerang Selatan dalam acara Pameran Pembangunan Kota se-Indonesia di Aceh. Ada sebanyak 12 orang waktu itu yang diikutsertakan. Dan memenuhi undangan acara di rumah pak Sutiyoso (mantan Gubernur DKI Jakarta). Kalau dikumpulkan, seniman palang pintu jumlahnya ada 1000 orang," terang Endang.

Pria kelahiran tahun 1962 silam ini telah berkomitmen akan terus mempertahankan seni palang pintu menjadi kesenian khas Kota Tangerang Selatan. Melalui sanggar yang dirintisnya sejak tujuh tahun ini, pembinaan sudah tidak terbatas di bidang palang pintu saja, melainkan juga seni bela diri pencak silat. Mulai dari
usia empat tahun hingga dewasa banyak yang belajar dibawah asuhannya. Bahkan, seni palang pintu ini telah diwariskan ke anak-anaknya, seperti anak ke empat, Satria Putra Andika yang berusia empat tahun ini telah mahir memainkan seni palang pintu.

"Saya berharap ada satu lokasi yang menjadi tempat atau lokasi yang mampu mempertahankan seni dan budaya tradisional betawi. Dan pagelaran acara yang rutin digelar setiap tahun," harapnya. Rangkaian acara ini diharapkan dapat menyedot wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang sudah lama menantikan atraksi etnis daerah khususnya seni dan budaya betawi di wilayah penyangga ibukota.

"Makan Sekuteng di pasar Jumat. Makannya dicampur roti. Saya datang dengan segala hormat. Agar abang terima dengan senang hati". Kalimat ini juga biasa disampaikan sebagai tanda pantun selamat datang dalam seni palang pintu. (bpti-ts)

a

1 komentar: